Aku dan Harry sudah bersahabat selama setengah tahun. Sejak pertama kali aku ketemu dia, aku merasa hari-hariku terasa lebih ringan. Aku masih ingat waktu itu adalah hari pertamanya sebagai murid baru di sekolahku. Dia lagi kebingungan nyari kelasnya dimana. Pertama kali aku lihat dia, aku sudah tahu kalau dia itu anak baru. Soalnya aku kenal sama semua murid SMA di sekolahku. Menurutku, dia keren banget, dari mukanya kayaknya orangnya ramah.
“Hai, murid baru ya?” tanyaku basa-basi.
“Hai, iya aku murid baru, kenalin namaku Harry Borrison, panggil aja Harry, salam kenal.” jawabnya.
Ternyata benar dia orangnya ramah. “Namaku Chella Distef, panggil aja Chella. Kamu lagi ngapain? Kok gak masuk ke kelas?”
“Aku mau sih ke kelas, tapi gak tahu kelasnya dimana?”
“Memangnya kamu kelas berapa?”
“Kelas XI IPA.”
“XI IPA? Berarti kamu sekelas sama aku. Yuk, aku anterin.”
Yes, aku sekelas sama dia, kayaknya dia bakal jadi cowok terkeren di sekolah ini yang pernah aku lihat.
“Makasih, ya.”
“No problem.”
“Hai, iya aku murid baru, kenalin namaku Harry Borrison, panggil aja Harry, salam kenal.” jawabnya.
Ternyata benar dia orangnya ramah. “Namaku Chella Distef, panggil aja Chella. Kamu lagi ngapain? Kok gak masuk ke kelas?”
“Aku mau sih ke kelas, tapi gak tahu kelasnya dimana?”
“Memangnya kamu kelas berapa?”
“Kelas XI IPA.”
“XI IPA? Berarti kamu sekelas sama aku. Yuk, aku anterin.”
Yes, aku sekelas sama dia, kayaknya dia bakal jadi cowok terkeren di sekolah ini yang pernah aku lihat.
“Makasih, ya.”
“No problem.”
……. Tet… tet.. tet… Bel pulang sekolah berbunyi. “Chell, pulang bareng yuk!” ajak Harry.
Seperti biasa aku dan Harry selalu pergi dan pulang sekolah bareng. Soalnya rumahku sama dia satu komplek, dan aku juga sudah terbiasa. “Tunggu sebentar, masih ada buku yang belum kumasukkin.”
“Sini, kubantu biar cepat.”
“Thanks ya.”
Seperti biasa aku dan Harry selalu pergi dan pulang sekolah bareng. Soalnya rumahku sama dia satu komplek, dan aku juga sudah terbiasa. “Tunggu sebentar, masih ada buku yang belum kumasukkin.”
“Sini, kubantu biar cepat.”
“Thanks ya.”
Seaampai di rumah, aku langsung masuk ke kamar dan berbaring. Hari ini banyak sekali guru yang kasih catatan. “Lama-lama tanganku bisa patah nih.” desisku dalam hati.
Aku bangun dan duduk di depan meja belajarku, kulihat buku kecil yang sangat lucu. Kuraih buku itu dan aku menulis sesuatu di dalamnya. Saat ingin beranjak dari tempat duduk, tiba-tiba mataku tertuju pada angka yang kulingkari di kalender. “Oh ya, seminggu lagi lagi ulang tahunnya Harry.” “Ini ulang tahunnya yang pertama bareng aku jadi aku harus kasih hadiah yang spesial.” kataku dalam hati.
Aku bangun dan duduk di depan meja belajarku, kulihat buku kecil yang sangat lucu. Kuraih buku itu dan aku menulis sesuatu di dalamnya. Saat ingin beranjak dari tempat duduk, tiba-tiba mataku tertuju pada angka yang kulingkari di kalender. “Oh ya, seminggu lagi lagi ulang tahunnya Harry.” “Ini ulang tahunnya yang pertama bareng aku jadi aku harus kasih hadiah yang spesial.” kataku dalam hati.
Saat sedang bermimpi indah tiba-tiba handphoneku berdering, dari Harry. Aku langsung menjawabnya. “Halo, kenapa nelpon pagi-pagi?” tanyaku
“Hari ini kan hari Minggu, kita jalan pagi yuk.”
“Ok, ketemuan dimana?”
“Ketemuan di tempat biasa aja”
“OK”
“Hari ini kan hari Minggu, kita jalan pagi yuk.”
“Ok, ketemuan dimana?”
“Ketemuan di tempat biasa aja”
“OK”
Setelah menutup telepon, aku langsung bersiap-siap pergi ke taman. Taman di dekat komplek rumahku adalah tempat favorit kita. Tempatnya sejuk dan nyaman. Aku menunggu sambil duduk di kursi yang biasanya kududuki bersama Harry. “Sudah lama ya nunggu?”
“Belum kok baru aja nyampe.”
Kami berdua jalan-jalan sampai sejam dan Harry yang mengantarku pulang.
“Belum kok baru aja nyampe.”
Kami berdua jalan-jalan sampai sejam dan Harry yang mengantarku pulang.
Besok adalah ulang tahunnya Harry, dan aku sudah mempersiapkan hadiah yang spesial buat dia. Aku mengajak dia ketemuan di taman. Keesokan harinya, aku bersiap-siap untuk pergi ke taman. Tidak lupa membawa cakenya.
“Chella mana sih? katanya ketemuan jam 5 sekarang sudah jam 6.” desis Harry dalam hati. Saat Harry berdiri dan berbalik melihat pohon beringin di depannya. Tiba-tiba matanya tertuju pada batu di bawah pohon itu. Batu tersebut bertuliskan nama Harry. Ia pun mengangkat batu tersebut. Kemudian ia melihat sebuah buku kecil di bawah batu itu. Ia mengambil buku itu dan ia merasa pernah melihat buku itu. “Kayaknya aku pernah lihat buku ini. Tapi dimana ya?” Ia berpikir sejenak. “Oh… Ini kan hadiah ulang tahun dari aku buat Chella. Tapi kenapa bisa ada disini?” Saat ia ingin membuka buku tersebut. Tiba-tiba handphonenya berdering, dari Chella. “Halo, apakah anda temannya Chella?” terdengar suara pria di ujung sana. “iya, tapi ini siapa ya?” “Kami dari kantor polisi, teman anda kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit.” Saat itu juga, jantung Harry seperti berhenti berdetak.
“Chella mana sih? katanya ketemuan jam 5 sekarang sudah jam 6.” desis Harry dalam hati. Saat Harry berdiri dan berbalik melihat pohon beringin di depannya. Tiba-tiba matanya tertuju pada batu di bawah pohon itu. Batu tersebut bertuliskan nama Harry. Ia pun mengangkat batu tersebut. Kemudian ia melihat sebuah buku kecil di bawah batu itu. Ia mengambil buku itu dan ia merasa pernah melihat buku itu. “Kayaknya aku pernah lihat buku ini. Tapi dimana ya?” Ia berpikir sejenak. “Oh… Ini kan hadiah ulang tahun dari aku buat Chella. Tapi kenapa bisa ada disini?” Saat ia ingin membuka buku tersebut. Tiba-tiba handphonenya berdering, dari Chella. “Halo, apakah anda temannya Chella?” terdengar suara pria di ujung sana. “iya, tapi ini siapa ya?” “Kami dari kantor polisi, teman anda kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit.” Saat itu juga, jantung Harry seperti berhenti berdetak.
Ia langsung pergi ke rumah sakit sambil membawa buku kecil itu. Sesampai di rumah sakit, ia berlari menuju ruang kamarku. Aku terbaring di atas kasur dengan bantuan alat pernafasan. Saat itu, aku melihat Harry berdiri di depanku. “Harry, maafin aku, hari ulang tahunmu jadi berantakan.” kataku terbata-bata.
“Jangan dipikirin, yang penting kamu harus bertahan dan cepat sembuh kembali.”
“Harry, aku rasa aku gak bisa bertahan lama lagi. Aku cuma ingin kamu tahu kalau aku…” aku tidak sempat melanjutkan kata-kataku.
“Chella, jangan pergi!”
“Jangan dipikirin, yang penting kamu harus bertahan dan cepat sembuh kembali.”
“Harry, aku rasa aku gak bisa bertahan lama lagi. Aku cuma ingin kamu tahu kalau aku…” aku tidak sempat melanjutkan kata-kataku.
“Chella, jangan pergi!”
Saat itu juga Harry teringat pada buku yang dipegangnya. Ia membuka buku itu dan membacanya. Dibacanya buku itu hingga halaman terakhir. “Dear Diary, Aku senang banget bisa kenalan sama Harry. Aku sudah lama ngerasa kalau aku suka sama dia. Gak tau dari mana datangnya perasaan ini. Aku mau ngungkapin ke dia kalau aku suka sama dia waktu ulang tahunku kemarin. Tapi aku gak berani, aku takut kalau dia gak punya perasaan yang sama kayak aku. Jadi, aku bakal bilang ke dia pas ulang tahunnya. Aku bakal kubur buku diary ini di bawah batu yang berukiran namanya. Harry, ini halaman terakhir buku diaryku. Sudah banyak yang kutulis tentang kejadian-kejadian dan hari-hari yang kita lalui bersama. Aku ingin kamu tahu kalau AKU SAYANG SAMA KAMU.”
Setelah selesai membacanya, air mata yang dari tadi ditahan Harry akhirnya pecah dan ia pun menangis. “Chella, aku juga sayang sama kamu, aku juga takut kalau kamu gak punya perasaan kayak aku. Coba aja kalau waktu ulang tahunmu aku berani ngungkapin perasaanku. Pasti hal seperti ini gak akan terjadi. Aku akan selalu mengenangmu. Maafin aku, Chella.”
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar